Saturday, December 7, 2013

Thphud Abdominalis

Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya rentan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tropis diantaranya demam thypoid. Ditambah dengan buruknya perilaku masyarakat Indonesia yang tidak peduli terhadap keseimbangan ekosistem, terutama lingkungan yang merupakan faktor pencetus meningkatnya intensitas angka kejadian penyakit tropis yang berakibat pada ketidakstabilan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Salah satu penyakit menjadi momok bagi masyarakat Indonesia karena banyaknya kasus dan sering mengakibatkan kematian adalah penyakit Demam Thypoid yang sering menyerang anak-anak.

Penyakit deman thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam, sakit kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan. Masalah-masalah yang diakibatkan dari penyakit ini akan lebih kopleks apabila terjadi pada anak seperti gangguan pemenuhan istirahat tidur, gangguan pemenuhan nutrisi, juga anak tidak bisa bermain dengan teman sebayanya. Sedangkan bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat. Sehingga sangat perlu kiranya jenis penyakit ini untuk dibahas dan dipahami oleh setiap tenaga kesehatan agar mampu memberikan asuhan guna memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Atas dasar tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai penyakit ini dalam sebuah makalah dengan judul “Typus abdominalis”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum


Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa kebidanan mengetahui tentang konsep dasar penyakit Typus abdominalis sehingga dapat memberikan asuhan sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini :

a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Typus abdominalis;

b. Agar mahasiswa mengetahui penyebab Typus abdominalis;

c. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologis Typus abdominalis;

d. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Typus abdominalis;

e. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan Typus abdominalis;

f. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaannya, baik medis maupun keperawatannya;

g. Agar mahasiswa mengetahui cara penularan Typus abdominalis.





C. Metode

Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi pustaka, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai bahan materi yang berhubungan dengan materi makalah ini.





D. Sistematika

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah ini.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, meliputi pengertian typus abdominalis, penyebabnya, patofisiologis, tanda dan gejala, pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaannya dan cara penularaannya.

BAB III PENUTUP, meliputi kesimpulan dari makalah ini.








BAB II

LANDASAN TEORI









A. Pengertian

Thyfus abdominalis (demam thipoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluaran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. (Ngastiyah : 1997).


Typoid adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan tepatnya pada lempeng peyer usus halus. Kondisi ini disebabkan oleh Bacil atau kuman Salmonella typhosa (www.goole.com).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 : 2000).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang menyerang sistem pencernaan dengan gejala khas demam lebih dari 1 mingggu.



B. Penyebab

Adapun penyebab Typus abdominalis adalah :


a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:

Ø antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)
antigen H (flagella).

Ø antigen V1 dan protein membrane hialin.

b. Salmonella parathypi A

c. Salmonella parathypi B

d. Salmonella parathypi C

e. Faces dan Urin dari penderita thypus





C. Patofisiologi

a. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel retikulo endotelea, hati, limpa, dan organ-organ lainnya.

b. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya, selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

c. Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player, ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus, minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus, selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar.

d. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.








Jika dalam bentuk skema, dapat digambarkan sebagai berikut :





Salmonella thyposa

Saluran pencemaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri masuk ke aliran darah sistemik





Kelenjar limfoid usus halus Hati dan limpa Endotoksin

















Tukak Hepatomegali dan Demam

Splenomegali

Perdarahan dan perforasi





D. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda


Demam
Pada minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama terutama pada sore dan malam hari, pada minggu ke 2 suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak hilang dengan pemberian antiseptik, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis.

1) Gangguan pada saluran pencernaan

a. halitosis

b. bibir kering

c. lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis

d. perut agak kembung

e. mual

f. splenomegali disertai nyeri pada perabaan

g. pada permulaan umumnya terjadi diare

h. kemudian menjadi obstipasi

2) Gangguan kesadaran

a. kesadaran menurun ringan sampai berat

b. umumnya apatis

c. bradikardi relative

d. umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit
GEJALANYA


a. Penderita mulai cepat lelah

b. Malaise

c. sakit kepala

d. rasa tidak enak di perut

e. nyeri seluruh tubuh

f. hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari

Perdarahan usus dapat terjadi pada saat demam masih tinggi di tandai dengan:

· suhu mendadak turun

· nadi meningkat cepat dan kecil

· tekanan darah menurun

· pasien terlihat pucat kulit terasa lembab

· kesadaran makin menurun

· Jika pendarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam faeces hanya bisa di buktikan dengan tes benzidin.

Jika ini terjadi, tindakannya adalah: menghentikan makan dan minum segera pasang infuse jika sebelumnya tidak di pasang segera hubungi dokter selain pemberian pengobatan untuk menghentikan pendarahan dapat di lakukan eskap gantung untuk mengganti alat tenun harus 2-3 orang, pasien tidak boleh di miringkan pengawasan observasi TTV lebih sering.

Perforasi usus dapat terjadi pada minggu ke 4 dimana suhu sudah turun walau suhu sudah normal istirahat masih di teruskan 2 minggu dengan gejala:

pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan nyeri lagi apabila di tekan perut terlihat tegang dan kembung anak menjadi pucat, dapat juga keringat dingin nadi kecil dan pasien menjadi scohk jika di jumpai gejala demikian tindakannya adalah : segera hubungi dokter siap foto roentgen biasanya di kunsul ke bagian bedah.

pneumonia hipotastikakibat lama berbaring terus dengan gejala: suhu mendadak naik tinggi setelahsebelumnya turun atau naik lebih tinggi dan tidak perna turun walaupun di pagi hari terlihat adanya sesak napas.





E. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Tepi

Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana dan mudah dikerjakan dilaboratoriaum yang sederhana, tetapi hasilnya berguna untuk membantu menentukan penyakitnya dengan cepat (ada kalanya dilakukan pemeriksaan sum-sum tulang (jarang sekali) bila hal itu dilakukan daerah yang akan difungsi, dapat pada tibia, perlu lakukan pembersihan ekstra kemudian dikompres dengan alkohol 70%).


b. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan Widal

Biakan empedu untuk menemukan Salmonella typhosa dan pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis Typus abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya. (Diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur atau widal).

a. Biakan empedu bacil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan feces, dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, pemeriksaan yang positif dari contoh darah yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangakan pemeriksaan negatif dari contoh urine dan feces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa pasien telah benar sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (carier).

b. Pemeriksaan Widal

Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum pasien Typoid dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialaah bila terjadi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi.





F. Asuhan/ Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medik

a) Tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri dan berjalan.

b) Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas

c) Obat terpilih adalah kloramfenikol 100 mg/kg BB/hari, kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit <2000 /ul Bila pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin dan kotrimoksazol

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a) Riwayat keperawatan

b) Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam had, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.





G. Cara Penularan

Penularan penyakit ini adalah melalui urine, feces dan makanan yang telah terkontaminasi dengan bacil Salmonella typhosa. Adapun media penularannya adalah melalui lalat sebagai mediator berpindahnya Salmonella typhosa hingga masuk kedalam sistem perncernaan.








BAB III

PENUTUP





Kesimpulan

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang menyerang sistem pencernaan dengan gejala khas demam lebih dari 1 mingggu. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella thyposa, merupakan basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:

Ø antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)
antigen H (flagella).

Ø antigen V1 dan protein membrane hialin.

Karakteristik atau gejala khas pada penyakit ini adalah muncul demam yang cenderung naik dari hari kehari, selama lebih dari 1 minggu. Adapun penatalaksanaan penyakit ini adalah dengan pemberian obat antibiotik, pemberian tirah baring dan pemberian makanan yang cair, kemudian secara bertahap lunak dan akhirnya menjadi makanan biasa.


Perawatan yang diberikan secara intens adalah selama satu minggu pertama dan dua minggu selanjutnya agar pengobatan penyakit Typus abdominalis ini dapat tuntas dan tidak terjadi relaps atau kekambuhan dikemudian hari.




DAFTAR PUSTAKA





Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.





Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.





Suryanah. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.





www.google.com.


















2007

No comments:

Post a Comment