BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penderita difteri yang berat yang di rawat dirumah sakit pada tahun
1974, 122 penderita telah dirawat pada satu bangsal anak disuatu rumah sakit
dijakarta dengan angka kematian sebesar 15,6%. Dua peneliti yang diadakan oleh
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI pada tahun 1963 dan 1969 menunjukan hanya bahwa
sedikit terjadi perubahan pola penyakit ini dalam kurun waktu 10 tahun.
Ditunjukan juga bahwa 96% dari penderita belum pernah di imunisasi.
Pada penduduk yang belum divaksinasi, difteri merupakan penyakit
dimana golongan umur 1-5 tahun terserang paling bayak. sebelum berumur satu
tahun, antibody yang berasal dari ibu melindungi anak ini, seliwatnya masa ini
Difteri mulai mengganas dan menyerang anak-anak yang tidak mempunyai cukup antibody
meskipun telah pernah terkena infeksi dari kuman Difteri yang tidak sampai
menimbulkan penyakit secara klinis.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya :
c Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “
Keperawatan Anak I “.
c Agar mahasiswa/i bisa menambah ilmu pengetahuan
tentang keperawatan anak I secara mendasar.
c Untuk lebih menambah wawasan lewat bertukar
pikiran dalam forum diskusi.
c Untuk lebih mengetahui tentang proses penyakit
dalam mewujudkan perawat yang professional.
C.
Metode Penulisan
Metode penulisan dari pembahasan materi dalam makalah ini adalah
dengan pemaparan fakta sebenarnya ( deskriptif ) dari pengkajian beberapa buku
sumber mengenai keperawatan anak I.
D. Sistematika
penulisan
BAB I :
Pendahuluan (meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistyematika penulisan)
BAB II :
Pembahasan (meliputi Definisi, Etiologi, Manifestasi, Prognosis, Komplikasi
Pencegahan Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan)
BAB III :
Konsep dasar Asuhan Keperawatan Dipteri (meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan,
Rencana keperawatan)
BAB IV :
Penutup (meliputi Kesimpulan, Saran)
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Difteri ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh
kuman Coryne bacterium diptheriae. ( Prof. DR. Iskandar wahidiat, Ilmu
Kesehatan Anak 2 . 1985 )
Difteri merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh Coryne
bacterium diptheriae. ( Nelson. Ilmu Kesehatan Anak , 1993 )
B. Etiologi
Corynebactherium diphteriae (basil klebs-leoffer) merupakan basil
gram positif tidak teratur , tidak bergerak, tidak membentuk spora dan
berbentuk batang pleomorfis, basil dapat membentuk :
c Pseudomembran yang sukar diangkat, mudah
berdarah, dan berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena :
terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik.
c Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni
jaringan setelah beberapa jam diabsorpsi dan memberikan gambaran perubahan
jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf.
C. Manipestasi
Tanda dan gejala difteri tergantung pada focus infeksi, status
kekebalan pejamu dan apakah toksin yang dikeluarkan itu telah memasuki sistem
peredran darah atau belum.
Secara klinis di klasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi
awal dan anatomiinfeksi awal dan membrane difteri (nasal, tonsil, faring,
laring, laringotrakea, konjungtiva, kulit, dan genitalia).
c Difteri hidung : pilek dangan sekret bercampur
darah, gejala konstitusi ringan.
c Difteri faring dan tonsil : terdapat radang
akut tenggorok, demam, takikardi, tampak lemah, napas berbau, timbul
pembengkakan kelenjar regional.
c Difteri laring : jenis yang terberat, terdapat
ofania, sesak, stridor, inspirasi, demam, lemah, sianosis.
c Difterikutaneus dan faginal : lesi ulseratif
dengan pembentukan membran lesi persisten dan sering terdapat anestesi.
D. Diagnosis
1.
Umur
pasien, makin muda usianya makin jelek prognosisnya.
2.
Perjalanan
penyakit, makin terlambat diketemukan makin buruk keadaannya.
3.
Letak lesi
difteri, bila dihidung tergolong ringan.
4.
Keadaan
umum pasien, bila keadaan gijinya buruk, juga buruk.
5.
Terdapatnya
komplikasi miokarditis sangat memperbiruk prognosis.
6.
Pengobatan,
terlambat pemberian ADS, prognosis makin buruk.
E. Komplikasi
1.
Saluran
napas : obstruktif jalan napas, bronkopneumonia, atelak tasis paru.
2.
Kardiovaskular
: miokarditis akibat toksin kuman.
3.
Urogenital
: nefritis
4.
Susunan
saraf : paralysis/palatum mole.
F. Pencegahan
- Isolasi penderita, penderita difteri harus di isolasikan dan
baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung, sehingga
menunjukan tidak terdapat lagi.
- Imunisasi
- Pencarian dan kemudian mengobatikarier difteri, dilakukan
dengan uji schick, yaitu bila hasil uji negative (mungkin penderita karier
atau pernah mendapatimunisasi), maka harus dilakukan hapusan
tenggorokanjika ternyata ditemukan C dihtreriae, penderita harus diobati
dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
G. Pemeriksaan
diagnostic
Laboatorium, pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar
hemoglobin dan leukositosis pliorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan
kadar albumin ringan.
H. Penatalaksanaan
Keperawatan :
c Dirawat diruang isolasi yang tertutup (3-4
minggu)
c Petugas memakai celemek dan masker yang harus
diganti tiap pergantian tugas.
c Instrument khusus
c Alat makan direndam dengan desinfektan.
Medik :
1.
Pengobatan
umum
Terdiri
dari perawatan diri yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, iosolasi
penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi
antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu.
2.
Pengobatan
spesifik
- Anti Diphtheriae Serum (ADS) diberikan sebnyak
20.000 u/hari, selama dua hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji
kulit dan mata. Bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka
harus dilakukan desensititasi dengan cara besredka.
- Anti biotik, dibagian ilmu kesehatan anak
FKUI-RSCM Jakarta diberikan penisilin prokain 50.000 u/kgbb/hari sampai 3 hari
bebas panas.
- Kortikosteroid, obat ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahanya.
Patofisiologi
Basil C.diftheri
Hidup dan berkembang
pada saluan napas atas
Pseudomembran Eksotoksin
Melekat pada Hiperplasia Miocardium
Sal. napas atas Kel. getah bening
Miocarditis
Nyeri telan Ggn proses Menutup jalan
ventilasi napas Gagal jantung
|
Anoreksia Hipoksemia
Trakeostomi
|
|||
|
|||
Dipsneu
|
|||
|
|||
BAB III
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan “ DIFTERI”
A) Pengkajian
a}
Anamnese :
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat.
Identitas
penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, aalamat,
dll
b}
Keluhan
utama :
Demam,
menggigil, malaise, sakit tenggorokan, batuk.
c}
Riwayat
kesehatan :
c Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya klien mengeluh sakit menelan.
c Riwayat
kesehatan dahulu
- Apakah klienpernah menderita peyakit
c Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah ada keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama
c Riwayat
kehamilan dan persalinan
- Riwayat kehamilan
Apakah
selama hamil ibu klien selalu memeriksa kehamilanya kebidan.
- Riwayat persalinan
Kaji dimana klien dilahirkan, berat badan, panjang badan.
c Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan
- Pertumbuhan dan perkembangan motorik, sensorik
klien dengan difteri biasanya terganggu pernapasan sehingga sulit menelan.
- Riwayat imunisasi dan kesehatan keluarga.
d}
Pemeriksaan
fisik
c Keadaan umum : pasien tampak sangat lemah
c Tanda-tanda fital :
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan suhu tubuh
c Sistem pencernaan
- Anoreksia
c Sistem penapasan
- Takikardi, bradikardi, sesak napas.
c Sistem kardiovaskular
- Hipotensi, gagal jantung.
c Sistem persarapan
- Kelumpuhan ocular
- Nefritis nervus prenikus (kelumpuhan difragma)
- Kelumpuhan anggota gerakdisertai kehilangan
reflek tendon.
e}
Pemeriksaan diagnostik
c Pemeriksaan darah
c Pemeriksaan urine
f}
Penatalaksanaan
c Pengobatan umum :
- Isolasi
- Pengawasan EKG
c Pengobatan spesifik :
ADS
20.000 u/hari, hingga dua hari berturut-turut. Kortikosteroid untuk mencegah
miokarditis.
B)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1.
In efektif
pola napas : dipsneu B.D hipoksemia.
2.
Resiko
terjadi komplikasi : Miocarditis B.D pelepasan toksin pada miokardium.
3.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan B.D anoreksia
4.
Gangguan
rasa nyaman : nyeri telan B.D terbentuknya pseudomembran ke saluran napas atas
5.
Gangguan
rasa aman : ansietas B.D trakeostomi
C)
Rencana Keperawatan
1.
In efektif
pola napas B.D hipoksemia
Kriteria hasil : pernapasan kembali normal
Intervensi
|
Rasional
|
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
- Hindari pakaian atau bedong yang ketat
- Berikan oksigen sesuai indikasi
|
- Mengetahui adanya perubahan pola napas
- Untuk mempertahankan jalan napas
- Agar anak dapat bernapas dengan lega atau bebas
- Untuk memberikan peningkatan kelembaban
|
2.
Resiko
terjadinya komplikasi : miocarditis B.D pelepasan toksin pada miocardium
Kriteria
hasil : tidak terjadi komplikasi
Intervensi
|
Rasional
|
- Awasi tanda-tanda vital
- Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif,
perubahan posisi miring kanan / kiri dan masukan cairan adekuat
- Berikan suntikan ADS
- Periksa EKG 1X seminggu
|
- Menilai perkembangan penyakit dan bila perlu
dilakukan tindakan segera
- Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan
pengeluaran sekret untuk menurunkan terjadinya infeksi paru
- Mencegah penyebaran eksotoksin kedalam, ADS
ditujuakn untuk menangkap toksin difteri yang masih beredar dalam darah
- Deteksi dini terjadinya kelainan jantung
akibat penyakit
|
3.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan B.D anoreksia
Kriteria
hasil : anak mengkonsumsi nutrisi dan cairan dalam jumlah yang adekuat
Intervensi
|
Rasional
|
- Timbang berat badan setiap hari
- Posisikan anak pada posisi semi fowler
- Berikan makanan cair / bubur
- Berikan makan dalam keadaan hangat
- Jelaskan pada anak dan keluarga tentang
pentingnya makan dan minum
- Pasang infus, bila tidak bisa makan melalui
oral.
|
- Evaluasi keadekuatan nutrisi
- Untuk mengoptimalakan / memudahkan menelan
- Mempermudah asupan makanan
- Agar meningkatkan nafsu makan
- Karena dapat membantu meningkatkan
penyembuhan dan memenuhi cairan dan nutrisi yang adekuat
- Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang
diperlukan
|
4.
Gangguan
rasa nyaman : nyeri telan B.D terbentuknya pseudomembran yang menjalar ke
saluran napas atas
Kriteria
hasil : nyeri hilang / dapat terkontrol
Intervensi
|
Rasional
|
- Kaji tingkat nyeri
- Pantau tanda-tanda vital
- Berikan analgetik dan antitusif sesuai
indikasi bila dianjurkan
|
- Untuk mengetahui skala nyeri
- Perubahan frekuensi jantung atau TTV
menunjukan klien mengalami nyeri
- Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk
produktif / menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan / istirahat
|
5.
Gangguan
rasa aman : ansietas B.D trakeostomi
Kriteria
hasil : anak berespon secara positif terhadap kenyamanan
Intervensi
|
Rasional
|
- Gunakan prilaku tenang dan menyenangkan
- Dorong kehadiran orang tua bila mungkin
keterlibatan mereka diperlukan dalam perawatan
- Pertahankan sikap yang rileks
- Berikan sedatif analgetik sesuai indikasi
bila dianjurkan
|
- Untuk mengurangi kecemasan anak
-
Agar
anak merasa terlindungi
-
Agar
anak merasa tenang dan tidak cemas
-
Untuk
mengurangi kegelisahan dan nyeri
|
BAB IV
PENUTUP
A) Kesimpulan
Diftheriae ialah suatu penyakit mendadak yang disebabkan kuman
korynebacterium dipthriae, mudah menular dan kenyerang terutama saluran napa
bagian atas dengan tanda khas beruoa pseudomembrsn dan dilepaskanya eksotoksin
yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.
Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu
dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi, masa tunas 2-7 hari.
Penyebab penyakit difteri adalah kuman corynebakterium diptheriae
bersiat gam positif dan polimorf, tidak bergerak dan tidak membentukspora.
B) SARAN
c Agar mahasiswa mengerti dan lebih memahami
Asuhan keperawtan mengenai DIFTERI.
c Agar pasien dan keluarga memahami cara
perawatan anak agar lebih mengerti cara pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arif
Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran jilid
2, Jakarta ,
EGC 2000.
2.
Dr.
Rusepno Hasan, Ilmu Kesehatan Anak 2,
Jakarta ,
Infomedika 1985.
3.
Dr. M.
Adhyatma, Pedoman Imunisasi Di Indonesia,
Jakarta ,
Hipokrates 1979.
4.
Marilyn.
E. Doengoes, Rencana Asuhan Keparewatan,
Jakarta , EGC
2000
5.
Nelson, Ilmu kesehatan Anak, Jakarta , EGC 2000
6.
Ngastiah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta , EGC 1997.
7.
Marilyn,
E. Doengoes, Rencana Keperawatan Maternal
Bayi edisi 2, Jakarta ,
EGC 2001.
No comments:
Post a Comment