Friday, July 18, 2014

Askep difteri

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penderita difteri yang berat yang di rawat dirumah sakit pada tahun 1974, 122 penderita telah dirawat pada satu bangsal anak disuatu rumah sakit dijakarta dengan angka kematian sebesar 15,6%. Dua peneliti yang diadakan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI pada tahun 1963 dan 1969 menunjukan hanya bahwa sedikit terjadi perubahan pola penyakit ini dalam kurun waktu 10 tahun. Ditunjukan juga bahwa 96% dari penderita belum pernah di imunisasi.
Pada penduduk yang belum divaksinasi, difteri merupakan penyakit dimana golongan umur 1-5 tahun terserang paling bayak. sebelum berumur satu tahun, antibody yang berasal dari ibu melindungi anak ini, seliwatnya masa ini Difteri mulai mengganas dan menyerang anak-anak yang tidak mempunyai cukup antibody meskipun telah pernah terkena infeksi dari kuman Difteri yang tidak sampai menimbulkan penyakit secara klinis.

B.   Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya :
c Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Keperawatan Anak I “.
c Agar mahasiswa/i bisa menambah ilmu pengetahuan tentang keperawatan anak I secara mendasar.
c Untuk lebih menambah wawasan lewat bertukar pikiran dalam forum diskusi.
c Untuk lebih mengetahui tentang proses penyakit dalam mewujudkan perawat yang professional.


C.    Metode Penulisan
Metode penulisan dari pembahasan materi dalam makalah ini adalah dengan pemaparan fakta sebenarnya ( deskriptif ) dari pengkajian beberapa buku sumber mengenai keperawatan anak I.
D.   Sistematika penulisan
BAB I     : Pendahuluan (meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistyematika penulisan)
BAB II   : Pembahasan (meliputi Definisi, Etiologi, Manifestasi, Prognosis, Komplikasi Pencegahan Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan)
BAB III  : Konsep dasar Asuhan Keperawatan Dipteri (meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan)
BAB IV  : Penutup (meliputi Kesimpulan, Saran)
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi
Difteri ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Coryne bacterium diptheriae. ( Prof. DR. Iskandar wahidiat, Ilmu Kesehatan Anak 2 . 1985 )
Difteri merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh Coryne bacterium diptheriae. ( Nelson. Ilmu Kesehatan Anak , 1993 )
B.   Etiologi
Corynebactherium diphteriae (basil klebs-leoffer) merupakan basil gram positif tidak teratur , tidak bergerak, tidak membentuk spora dan berbentuk batang pleomorfis, basil dapat membentuk :
c  Pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah, dan berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena : terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik.
c  Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diabsorpsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf.
C.    Manipestasi
Tanda dan gejala difteri tergantung pada focus infeksi, status kekebalan pejamu dan apakah toksin yang dikeluarkan itu telah memasuki sistem peredran darah atau belum.
Secara klinis di klasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi awal dan anatomiinfeksi awal dan membrane difteri (nasal, tonsil, faring, laring, laringotrakea, konjungtiva, kulit, dan genitalia).
c  Difteri hidung : pilek dangan sekret bercampur darah, gejala konstitusi ringan.
c  Difteri faring dan tonsil : terdapat radang akut tenggorok, demam, takikardi, tampak lemah, napas berbau, timbul pembengkakan kelenjar regional.
c  Difteri laring : jenis yang terberat, terdapat ofania, sesak, stridor, inspirasi, demam, lemah, sianosis.
c  Difterikutaneus dan faginal : lesi ulseratif dengan pembentukan membran lesi persisten dan sering terdapat anestesi.
D.   Diagnosis
1.       Umur pasien, makin muda usianya makin jelek prognosisnya.
2.       Perjalanan penyakit, makin terlambat diketemukan makin buruk keadaannya.
3.       Letak lesi difteri, bila dihidung tergolong ringan.
4.       Keadaan umum pasien, bila keadaan gijinya buruk, juga buruk.
5.       Terdapatnya komplikasi miokarditis sangat memperbiruk prognosis.
6.      Pengobatan, terlambat pemberian ADS, prognosis makin buruk.
E.   Komplikasi
1.       Saluran napas : obstruktif jalan napas, bronkopneumonia, atelak tasis paru.
2.       Kardiovaskular : miokarditis akibat toksin kuman.
3.       Urogenital : nefritis
4.      Susunan saraf : paralysis/palatum mole.



F.   Pencegahan
  1. Isolasi penderita, penderita difteri harus di isolasikan dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung, sehingga menunjukan tidak terdapat lagi.
  2. Imunisasi
  3. Pencarian dan kemudian mengobatikarier difteri, dilakukan dengan uji schick, yaitu bila hasil uji negative (mungkin penderita karier atau pernah mendapatimunisasi), maka harus dilakukan hapusan tenggorokanjika ternyata ditemukan C dihtreriae, penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
G.   Pemeriksaan diagnostic
Laboatorium, pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis pliorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin ringan.
H.   Penatalaksanaan
Keperawatan :
c  Dirawat diruang isolasi yang tertutup (3-4 minggu)
c  Petugas memakai celemek dan masker yang harus diganti tiap pergantian tugas.
c  Instrument khusus
c  Alat makan direndam dengan desinfektan.
Medik :
1.      Pengobatan umum
Terdiri dari perawatan diri yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, iosolasi penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu.

2.      Pengobatan spesifik
-      Anti Diphtheriae Serum (ADS) diberikan sebnyak 20.000 u/hari, selama dua hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata. Bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desensititasi dengan cara besredka.
-      Anti biotik, dibagian ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM Jakarta diberikan penisilin prokain 50.000 u/kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas.
-      Kortikosteroid, obat ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahanya.


Patofisiologi
Basil C.diftheri

Hidup dan berkembang pada saluan napas atas

Pseudomembran                                              Eksotoksin

Melekat pada              Hiperplasia                                                      Miocardium
Sal. napas atas          Kel. getah bening                                           
Miocarditis
Nyeri telan                  Ggn proses                  Menutup jalan            
                                      ventilasi                           napas                     Gagal jantung
                        

Resti komplikasi
 
                Anoreksia            Hipoksemia            Trakeostomi

Ggn rasa nyaman
 

Ggn rasa aman
 
 


                                               Dipsneu

Ggn kebutuhan nutrisi
 

In efektif pola napas
 
 




BAB III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan “ DIFTERI”
                                                                                            
A)   Pengkajian
a}     Anamnese :
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, aalamat, dll
b}     Keluhan utama :
Demam, menggigil, malaise, sakit tenggorokan, batuk.
c}     Riwayat kesehatan :
c  Riwayat kesehatan sekarang
-      Biasanya klien mengeluh sakit menelan.
c   Riwayat kesehatan dahulu
-      Apakah klienpernah menderita peyakit
c  Riwayat kesehatan keluarga
-      Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama
c   Riwayat kehamilan dan persalinan
-      Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu klien selalu memeriksa kehamilanya kebidan.
-      Riwayat persalinan
Kaji dimana klien dilahirkan, berat badan, panjang badan.


c   Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
-      Pertumbuhan dan perkembangan motorik, sensorik klien dengan difteri biasanya terganggu pernapasan sehingga sulit menelan.
-      Riwayat imunisasi dan kesehatan keluarga.  
d}    Pemeriksaan fisik
c Keadaan umum : pasien tampak sangat lemah
c Tanda-tanda fital :
-      Peningkatan denyut nadi
-      Peningkatan suhu tubuh
c Sistem pencernaan
-      Anoreksia
c Sistem penapasan
-      Takikardi, bradikardi, sesak napas.
c Sistem kardiovaskular
-      Hipotensi, gagal jantung.
c Sistem persarapan
-      Kelumpuhan ocular
-      Nefritis nervus prenikus (kelumpuhan difragma)
-      Kelumpuhan anggota gerakdisertai kehilangan reflek tendon.
e}      Pemeriksaan diagnostik
c Pemeriksaan darah
c Pemeriksaan urine


f}      Penatalaksanaan
c  Pengobatan umum :
-      Isolasi
-      Pengawasan EKG
c  Pengobatan spesifik :
ADS 20.000 u/hari, hingga dua hari berturut-turut. Kortikosteroid untuk mencegah miokarditis.
B)   Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1.      In efektif pola napas : dipsneu B.D hipoksemia.
2.      Resiko terjadi komplikasi : Miocarditis B.D pelepasan toksin pada miokardium.
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan B.D anoreksia
4.      Gangguan rasa nyaman : nyeri telan B.D terbentuknya pseudomembran ke saluran napas atas
5.      Gangguan rasa aman : ansietas B.D trakeostomi  
C)    Rencana Keperawatan
1.       In efektif pola napas B.D hipoksemia
Kriteria hasil : pernapasan kembali normal
Intervensi
Rasional
-      Monitor tanda-tanda vital

-      Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
-      Hindari pakaian atau bedong yang ketat
-      Berikan oksigen sesuai indikasi
-      Mengetahui adanya perubahan pola napas
-      Untuk mempertahankan jalan napas
-      Agar anak dapat bernapas dengan lega atau bebas
-      Untuk memberikan peningkatan kelembaban

2.       Resiko terjadinya komplikasi : miocarditis B.D pelepasan toksin pada miocardium
Kriteria hasil : tidak terjadi komplikasi
Intervensi
Rasional
-      Awasi tanda-tanda vital


-      Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi miring kanan / kiri dan masukan cairan adekuat
-      Berikan suntikan ADS



-      Periksa EKG 1X seminggu
-      Menilai perkembangan penyakit dan bila perlu dilakukan tindakan segera
-      Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan terjadinya infeksi paru
-      Mencegah penyebaran eksotoksin kedalam, ADS ditujuakn untuk menangkap toksin difteri yang masih beredar dalam darah
-      Deteksi dini terjadinya kelainan jantung akibat penyakit

3.       Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan B.D anoreksia
Kriteria hasil : anak mengkonsumsi nutrisi dan cairan dalam jumlah yang adekuat
Intervensi
Rasional
-      Timbang berat badan setiap hari
-      Posisikan anak pada posisi semi fowler
-      Berikan makanan cair / bubur
-      Berikan makan dalam keadaan hangat
-      Jelaskan pada anak dan keluarga tentang pentingnya makan dan minum

-      Pasang infus, bila tidak bisa makan melalui oral.
-      Evaluasi keadekuatan nutrisi
-      Untuk mengoptimalakan / memudahkan menelan
-      Mempermudah asupan makanan
-      Agar meningkatkan nafsu makan

-      Karena dapat membantu meningkatkan penyembuhan dan memenuhi cairan dan nutrisi yang adekuat
-      Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan

4.       Gangguan rasa nyaman : nyeri telan B.D terbentuknya pseudomembran yang menjalar ke saluran napas atas
Kriteria hasil : nyeri hilang / dapat terkontrol
Intervensi
Rasional
-      Kaji tingkat nyeri
-      Pantau tanda-tanda vital


-      Berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasi bila dianjurkan
-      Untuk mengetahui skala nyeri
-      Perubahan frekuensi jantung atau TTV menunjukan klien mengalami nyeri
-      Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk produktif / menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan / istirahat

5.       Gangguan rasa aman : ansietas B.D trakeostomi
Kriteria hasil : anak berespon secara positif terhadap kenyamanan
Intervensi
Rasional
-      Gunakan prilaku tenang dan menyenangkan
-      Dorong kehadiran orang tua bila mungkin keterlibatan mereka diperlukan dalam perawatan
-      Pertahankan sikap yang rileks

-      Berikan sedatif analgetik sesuai indikasi bila dianjurkan
-      Untuk mengurangi kecemasan anak
-        Agar anak merasa terlindungi


-        Agar anak merasa tenang dan tidak cemas
-        Untuk mengurangi kegelisahan dan nyeri



BAB IV
PENUTUP

A)   Kesimpulan
Diftheriae ialah suatu penyakit mendadak yang disebabkan kuman korynebacterium dipthriae, mudah menular dan kenyerang terutama saluran napa bagian atas dengan tanda khas beruoa pseudomembrsn dan dilepaskanya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.
Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi, masa tunas 2-7 hari.
Penyebab penyakit difteri adalah kuman corynebakterium diptheriae bersiat gam positif dan polimorf, tidak bergerak dan tidak membentukspora.
B)   SARAN
c  Agar mahasiswa mengerti dan lebih memahami Asuhan keperawtan mengenai DIFTERI.
c  Agar pasien dan keluarga memahami cara perawatan anak agar lebih mengerti cara pengobatan.










DAFTAR PUSTAKA

1.       Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Jakarta, EGC 2000.
2.       Dr. Rusepno Hasan, Ilmu Kesehatan Anak 2, Jakarta, Infomedika 1985.
3.       Dr. M. Adhyatma, Pedoman Imunisasi Di Indonesia, Jakarta, Hipokrates 1979.
4.       Marilyn. E. Doengoes, Rencana Asuhan Keparewatan, Jakarta, EGC 2000
5.       Nelson, Ilmu kesehatan Anak, Jakarta, EGC 2000
6.       Ngastiah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC 1997.

7.       Marilyn, E. Doengoes, Rencana Keperawatan Maternal Bayi edisi 2, Jakarta, EGC 2001.    

No comments:

Post a Comment